Dalam Webshare #5 Museum Mandiri: Museum Dan Arsip Menyelamatkan Sejarah Negeri

 


Pewarta-tambora, Jakarta - Museum Mandiri kembali mengadakan Webshare daring via zoom yang kelima pada Rabu (21/10) kemaren, dan untuk Webshare kali ini mengusung tema “Arsip dan Museum Mandiri”.


 Seperti biasa dalam acara ini, Museum Mandiri mengundang tiga pembicara dari bidang ilmu kearsipan, yaitu Liyanti Sihombing - Ketua Himpunan Mahasiswa Kearsipan Indonesia (HMKI), Achmad Nadjamudin Junus - Alumni Senior Algradikisi UI, dan Suryagung - Arsiparis Arsip Nasional RI, sedangkan acara kali ini dipandu Abidel Daiva dari Museum Mandiri sebagai moderator.

 

Untuk pembicara yang pertama, dimulai oleh Liyanti yang menjabarkan organisasi yang sedang dipimpinnya, yaitu HMKI, berbagai program kerja rutin dilakukan HMKI, seperti membuat podcast yang berisi wawancara dengan para alumni, membuat database alumni serta dimana mereka bekerja, dan sebagainya, HMKI beranggapan bahwa kesadaran tertib arsip di Indonesia masih rendah, hal ini juga disebabkan sedikitnya Sumber Daya Manusia yang kompeten.


 Liyanti menjelaskan masyarakat Indonesia masih belum tertarik mengelola arsip keuangan, padahal berbagai manfaat bisa didapatkan, seperti penggunaan informasi keuangan dapat dikaitkan dengan berhasil tidaknya suatu perusahaan, serta dapat membantu menjaga akuntabilitas aset  milik perusahaan.

 

Liyanti juga membahas koleksi sejarah Museum Mandiri seperti perlengkapan operasional Bank, aneka surat berharga, buku produk tabungan, dan bahan pustaka.


 Museum dapat membentuk kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan arsip keuangan dengan faktor-faktor berikut: nilai estetika yang dapat meningkatkan cita rasa dalam keingintahuan suatu hal di Museum, lokasi pariwisata yang strategis sehingga akses ke Museum Mandiri mudah dijangkau dari segala arah, pengaruh visualisasi dan tata letak koleksi museum dalam ketertarikan belajar sejarah, serta sebagai sumber penelitian.




 

Untuk Pembicara kedua, Achmad Nadjamudin pun tak mau ketinggalan untuk berbagi pengalaman menarik dalam dunia kearsipan yang selama ini ditekuninya, beliau menceritakan pengalaman kuliahnya dulu dan pengalaman kerjanya, bahkan saat pensiun pun masih ada yang memintanya untuk membantu mengelola kearsipan perusahaan.


 Nadjamudin berpendapat bahwa arsip punya tempat dan sangat dibutuhkan di Indonesia, namun sayang di Indonesia pendidikan formal kearsipan masih sangat minim, kiranya Museum dapat memberikan inovasi terbaru khususnya kepada masyarakat, seperti mengadakan pengajaran kepada rekan-rekan mahasiswa secara langsung di lingkungan Museum, melakukan tour model terbaru yang dapat dinikmati seluruh masyarakat, baik yang masih usia dini hingga manula (membuat semacam fasilitas tour), dan memaksimalkan fungsi museum, bukan hanya sebagai tempat penyimpanan artifak atau benda bersejarah.

 

Sementara itu pembicara terakhir, Suryagung, menjelaskan arsip dari perspektif peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan berbagai nilaiguna sekunder arsip, yaitu sebagai nilai kebuktian, informasi, dan intrinsik. Museum, kearsipan, dan perpustakaan menpunyai hubungan yang sangat erat, terutama dari sisi koleksi masing-masing lembaga, beliau juga menjelaskan istilah GLAM, (Galleries, Libraries, Archives, dan Museums).




 GLAM itu sendiri adalah lembaga budaya yang memiliki akses ke pengetahuan sebagai misinya, sebagai lembaga pengumpul, GLAM melestarikan dan membuat sumber-sumber primer, maka dari itu sangat penting mengadakan kolaborasi antar lembaga tersebut dan terus bersinergi untuk menyelamatkan sejarah negeri.


Dalam sambutan penutup, Kepala Museum Mandiri, Firman Haris, menyatakan bahwa tujuan museum sebagai ruang edukasi, study dan enjoyment, di era digital kolaborasi dan konvergensi antar institusi kebudayaan sangat penting, terutama dalam membuat konten digital heritage. “Museum bukanlah buku (koleksi) yang tergantung di dinding”, Museum harus mampu memenuhi ekspektasi publik, mengeksplor perilaku pengunjung, mengetahui hasil kunjungan, dan menarik publik potensial, sebagaimana dikatakan Guzman dan Espinosa pada 2012 silam, Arsip dan Museum bukan lagi sekedar tempat pelestarian, tetapi berperan sebagai content maker, atau produsen pengetahuan dan kearifan bagi masyarakart dunia.


 Memasuki sesi tanya jawab, peserta bertanya tentang koleksi sejarah yang ada di Museum Mandiri, kegiatan organisasi HMKI saat ini, teknis perawatan arsip dan koleksi Museum, alihmedia arsip dan lainnya.

 

  Webshare kali ini diikuti oleh 129 peserta dan ditutup dengan foto bersama seluruh pembicara dan peserta.( Daeng Mansur Amin)

Posting Komentar

0 Komentar

Terkini